-
This is Slide 1 Title
This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...
-
Dapatkan Produk Key Windows 11
Kelebihan Lisensi key yang kami tawarkan: - Tidak BERMASALAH di lain waktu - 1 Product KEY hanya UNTUK 1 Pembeli / USER - Jenis lisensi RETAIL
-
YOUTUBE CHANNEL
Konten Video INMAX TV on YouTube
Jumat, 14 Mei 2010
Kamis, 13 Mei 2010
SBY Harus Bernyali Dalam Menentukan Menteri Keuangan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Presiden Yudhoyono harus segera memilih Menteri Keuangan yang berbeda pandangan dengan Sri Mulyani Indrawati. Alasannya, Indonesia saat ini membutuhkan menteri yang berfokus pada penguatan sektor riil."Agar pemerintah mampu memperkecil dampak krisis ekonomi Yunani yang diperkirakan sampai ke Indonesia pada semester kedua tahun ini,"kata pengamat ekonomi Econit Advisory Group, Hendri Saparini, saat dihubungi,Rabu (12/5).
Sebelumnya, Menteri Koodinator Perekonomian, Hatta Radjasa, menyatakan presiden akan menetapkan menteri keuangan baru sebelum 1 Juni. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memerima pengunduran diri Sri Mulyani sebagai menteri keuangan pada Rabu pekan lalu. Sri Mulyani akan menjabat Managing Director Bank Dunia per 1 Juni mendatang.
Hendri menilai selama ini Sri Mulyani lebih berfokus pada pasar uang dibanding pasar barang dan tenaga kerja. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung tinggi yaitu di atas 6 persen. Namun, angka kemiskinan tak berkurang signifikan. Artinya, kebijakan fiskal pemerintah tak berdampak langsung pada rakyat miskin. "Kebijakan fiskal pemerintah selama Sri menjabat perlu dikoreksi meski dianggap sukses," katanya.
Karenanya, kata dia, Presiden Yudhoyono perlu membuat terobosan dengan memilih Menteri Keuangan yang mampu mengelola fiskal sekaligus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Selama lima tahun terakhir, penyerapan anggaran bertumpuk pada akhir periode. Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) pada 2008 mencapai Rp 79,9 triliun. Sedangkan, SILPA pada 2009 adalah Rp 38 triliun. "Realasisasi belanja dan pembiayaan masih lemah. Itu karena Sri Mulyani fokus pada sektor keuangan dan berpihak pada pasar uang," katanya.
Penerimaan Cukai Tembus Rp 21,2 T
JAKARTA - Sempat anjlok tajam pada periode Maret, penerimaan cukai sepanjang April kembali melonjak. Data Ditjen Bea Cukai menunjukkan, realisasi penerimaan cukai hingga 30 April 2010 tercatat Rp 21,2 triliun.Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea Cukai Kushari Supriyanto mengatakan, sepanjang April realisasi penerimaan cukai menembus target rata-rata penerimaan bulanan yang dipatok Rp 4,7 triliun. ''Pada April, realisasinya mencapai Rp 4,8 triliun,'' ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (11/5).
Menurut Kushari, realisasi penerimaan tersebut cukup menggembirakan karena penerimaan cukai pada Maret lalu anjlok tajam, hanya Rp 3,9 triliun. Padahal, pada Februari penerimaan cukai sempat Rp 7,1 triliun. Pola penerimaan bulanan cukai memang menunjukkan grafik menurun setiap Maret. Itu disebabkan periode Januari dan Februari merupakan batas akhir penggunaan pita cukai yang sudah dipesan. ''Tapi, biasanya anjloknya tidak setajam Maret lalu,'' katanya.
Menurut dia, realisasi penerimaan cukai sangat bergantung pada kinerja cukai rokok. Dia menyebut, dari total penerimaan cukai Rp 21,2 triliun, 97 persen atau Rp 20,6 triliun berasal dari cukai rokok. ''Sisanya (Rp 800 miliar) dari cukai MMEA (minuman mengandung etil alkohol),'' terangnya. Dalam APBN Perubahan 2010, penerimaan cukai ditargetkan Rp 59,3 triliun.
Sebelumnya, Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Thomas Sugijata mengatakan, pihaknya bakal mengoptimalkan penerimaan cukai rokok. ''Strateginya, dengan menggencarkan operasi penindakan cukai ilegal,'' katanya. Tahun ini kalkulasi penerimaan cukai rokok memang diwarnai dua perubahan kebijakan. Yakni, penurunan volume produksi rokok dan kenaikan tarif cukai rokok.
Volume produksi rokok yang sebelumnya ditetapkan 261 miliar batang, dalam APBN-P 2010 diturunkan menjadi 248,4 miliar. Dari sisi tarif cukai, pemerintah menaikkan untuk semua jenis rokok. Tarif rata-rata rokok sigaret keretek mesin (SKM) yang pada APBN 2010 dipatok Rp 263,1 per batang, dalam APBN-P 2010 dinaikkan menjadi Rp 266 per batang. Adapun tarif rata-rata rokok sigaret putih mesin (SPM) naik dari Rp 204,5 menjadi Rp 246,2 per batang. Terakhir, tarif rokok sigaret kretek tangan (SKT) naik dari Rp 135,3 menjadi Rp 151,9 per batang.
Dengan begitu, total penerimaan Ditjen Bea Cukai hingga 30 April 2010 sudah Rp 28,2 triliun atau 34 persen dari target yang dipatok dalam APBN-P 2010 Rp 82 triliun. Kushari menyebut, selain kontribusi penerimaan cukai Rp 21,2 triliun, penerimaan lain disumbang bea masuk Rp 6,1 triliun, dan bea keluar Rp 908 miliar. (owi/c2/oki)
Copy from JawaPos